Selasa, 31 Maret 2009

Lautan Jadi Bukti

LAUTAN JADI BUKTI
Oleh: Pangeran Putra Jagat

www.masgunonline.blogspot.com: Tatkala seseorang jatuh cinta pada sesuatu, sesuatu yang dicintainya itu menjadi idolanya, terbayang selalu dalam fikirannya, terasa betapa sesuatu itu membayang-bayang di pelupuk matanya, tatkala tidurpun sesuatu itu menjadi impiannya, setiap memandang hal lain di sekitarnya terbayang sesuatu yang dicintainya ada pada sesuatu yang dipandangnya, dalam bahasa asmara sering disebut dengan: "mau makan ingat kamu, mau minum kamu terbayang ada di cangkirku, mau tidur terbayang kamu, dalam tidur mimpi selalu bersamamu". Begitu juga yang dialami oleh mereka yang sedang jatuh cinta kepada Allah, selalu merindukan kehadiran Allah, segala sesuatu yang dipandangnya terlihat adanya campur tangan Allah pada sesuatu yang dilihatnya, begitulah yang aku alami tatkala aku sedang berada di tepi pantai.

Tepat pada hari kamis, 26 Maret 2009, jam 18:19 Wis (Waktu Indonesia Sibolga) aku berada di tepi pantai pelabuhan lama Sibolga, menyaksikan orang banyak mandi di tepian pantai, namun tatkala mata kepalaku memandang kearah mereka, seolah bukan mereka yang aku pandang, tetapi aku seolah memandang zat yang menciptakan mereka lewat renungan fikiranku. Betapa Allah Maha Hebatnya menciptakan tanah berbentuk manusia, dengan dititipkanNya ruhNya, manusia bisa bergerak, bisa berenang di pantai laut biru nan indah permai. Andai tiba-tiba ruh itu Allah ambil dari mereka, tentulah mereka bukan hidup namanya, mereka pun tentulah tidak bisa lagi berenang di pantai ini, tentulah mereka tak mampu bergerak alias kaku, beku, dililit kain putih pembalut badan.

Lalu mataku ini beralih memandang laut biru, lihatlah laut itu, ombaknya berliuk pikuk, beradu berlomba menepi ke tepian pantai nan indah permai. Mungkinkah laut itu bergerak dengan sendirinya? hatiku menjawab: tidak. Berarti ada sesuatu menggerakkannya sehingga laut biru bisa bergerak bergulung gulung kearah tepi semuanya, tersusun rapi menuju ke tepi, bagai saf-saf dalam sholat berjama'ah. Lalu angin berhembus kearahku, seolah memberi jawaban bahwa para anginlah yang menggerakkan laut biru jadi bergelombang mengembang tersusun rapi menuju ke tepi, terbukti seolah terlihat ada gelombang energi di atas laut biru menggoyang bergayutan, bergulung bergelombang dan menerjang, ya ya masuk aqal. Namun fikiranku tidak berhenti di situ, karena hatiku terus bertanya: "Lalu siapa yang menggerakkan angin itu, sehingga angin itu mampu menggerakkan laut biru? Mungkinkah angin itu bergerak dengan sendirinya tanpa ada yang menggerakkannya? Pastilah ada yang menggerakkannya. Mungkinkah hantu yang menggerakkannya? Tak mungkin hantu, karena hantu hanya makhluk ciptaan yang tak berdaya menggerakkan sesuatu tanpa izinNya. Mungkinkah Malaikat? Ya ya ada Malaikat penjaga dan penggerak angin, tapi tentu ada yang mengendalikan Malaikat itu, sehingga para Malaikat pengasuh angin mengabdi kepadaNya untuk menggerakkan sesuatu atas perintahNya." Lalu hatiku beri perintah pada otakku untuk mencari sesuatu di balik semua ini, otakkupun berfikir dengan kontrol hati, seolah hati dan fikiranku kerja sama memadu kekuatan untuk mencari sesuatu di balik ini semua.

Di akhir perenungan otakku, tiada zat lain sebagai jawabannya, aku hanya menemukan Allah saja, lalu hatiku berkata: "Betapa agung Engkau Ya Allah, mencipta lautan luas, berliuk-liuk, berombak, biru warnanya, asin rasanya, penuh makna kandungannya, tiada nan sia-sia dalam penciptaannya, bahari, wahana, membuat lapang dada setiap kali memandangnya. Serasi ombak dengan dengan lautnya, serasi pantai dengan ombanknya, serasi biru laut dengan hijau daun pepohonan nan mengelilinginya, serasi terpaan angin dengan lambaian ujung dahan pepohonan nan menghiasnya, serasi goyangan ombak dengan tarian ikan penghuninya, sungguh Engkau Ya Allah Maha Kuasa. Terpaan angin nan datang, menambah indah lautan berdendang riang, bergayutan di tepian pantai mengayak pasir, bagai sang bunda menampi beras untuk di tanak. Sang pasir turut bergayutan, mengikuti tarian ombak nan menerpa, tanpa merasa terganggu oleh sang nelayan menarik jala. Sepanjang pantai, sang nelayan di tepian bergayutan dengan ombak, menarik jala sambil menikmati suasananya, penuh harap berbaur cemas pada ikan hasil tangkapannya, namun di dada mereka sembari berdo'a, semoga Allah limpihi berkatNya."

Sederetan alunan suara hati ingin aku lantunkan, lewat bait syair yang aku oretkan di situs blogger yang aku sayangi ini, namun karena waktu telah menjelang malam, maka sampai di sinilah dulu yang dapat aku sampaikan, semoga ada makna dan harapan, untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhan. Jika ada yang kurang berkenan, mohon kiranya dima'afkan, ma'lumlah aku hanya hamba Tuhan, yang sedang merintis jalan menuju Tuhan, namun aku punya satu keyakinan, bahwa Tuhan hanyalah Allah saja, Allahu ahad, lam yalid, wa lam yulad, walam yaqul lahukufuwan ahad. www.masgunonline.blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar