Jumat, 08 Mei 2009

Meneguhkan Posisi Muhammadiyah

Mas Gun Online dari www.suara-muhammadiyah.com/2009/?p=267 : Muhammadiyah sebagai organisasi besar tentu menarik untuk banyak pihak, termasuk elit politik, selain elit agama. Muhammadiyah dianggap memiliki kelebihan dengan karakteristiknya sebagai gerakan sosial keagamaan berwatak moderat (wasathan), bukan ekstrem ke kanan atau ke kiri.

Tetapi, karena watak moderatnya itu, kadang dipahami sebagian orang bahwa Muhammadiyah mengarahkan sebagian orang untuk selalu berada dalam “kebimbangan” bahkan “ketidakjelasan sikap”, Muhammadiyah ngambang untuk tidak mengatakan serba kabur dan tidak jelas.

Telah berkali-kali tuduhan secama itu dilontarkan terhadap Muhammadiyah, bukan saja dari mereka yang bukan aktivis Muhammadiyah, tetapi yang mengaku aktivis Muhammadiyah. Sebagian dari mereka ingin Muhammadiyah tegas dalam semuanya, termasuk dalam politik. Mendukung salah satu ataukah tidak sama sekali, tidak berlindung dibalik ungkapan : “menjaga jarak dengan semua partai”, tetapi Muhammadiyah tidak anti terhadap partai politik dan peran politik.

Posisi semacam itulah yang acapkali dijadikan sasaran tembak oleh mereka yang memiliki syahwat politik tingkat tinggi. Sekalipun memang tidak menjadi masalah buat mereka yang syahwat politiknya biasa-biasa saja. Buat mereka aktivis atau kader Muhammadiyah yang berkhidmat dalam khazanah pengembangan ranting, pengembangan cabang dan daerah, pikiran-pikiran agar Muhammadiyah melakukan akrobat politik mengikuti selera para politisi dari luar Muhammadiyah dan dari dalam Muhammadiyah ditanggapi dengan agak sinis, Muhammadiyah bukan organisasi politik, tetapi organisasi Islam berwatak sosial keagamaan.

Tetapi, berbeda dengan aktivis Muhammadiyah atau kader Muhammadiyah, dengan sikap wasathan, Muhammadiyah dituduh tidak berpihak pada politisi Muhammadiyah. Muhammadiyah dihadapan para politisi Muhammadiyah diharapkan memiliki posisi yang sangat jelas dan tegas, yakni mendukung politisi. Padahal, jika hal ini sampai terjadi bukan persoalan mudah buat Muhammadiyah, karena harus melakukan perombakan asas dan substansi gerakan Muhammadiyah. Tetapi, seringkali hal ini tidak dipahami oleh aktivis Muhammadiyah yang bervisi (bersyahwat politik) tinggi. Muhammadiyah dianggapnya tidak memberikan dukungan yang serius pada politisi Muhammadiyah, tatkala tidak memberikan surat pernyataan resmi untuk sebuah proses politik di Indonesia.
Dalam posisi semacam itulah, Muhammadiyah mendapatkan tantangan hebat. Semua itu terkait dengan komitmen dan ideologi ber-Muhammadiyah. Komitmen dan ideologi ber-Muhammadiyah benar-benar diuji tatkala kita sebagai orang Muhammadiyah diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang sangat serius. Berjanji berkomitmen dan menjalankan ideologi Muhammadiyah memang gampang, tetapi pada tahap pelaksanaan bukan perkara mudah. Inilah problemnya.

Saat ini Muhammadiyah kembali diperhadapkan dengan tarikan-tarikan banyak kepentingan; kepentingan politik temporer (baca: Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden), serta tarikan-tarikan ideologi-ideologi lain di luar Muhammadiyah. Muhammadiyah dengan karakteristik ormas Islam moderat dituntut memperlihatkan sifatnya yang asli, sebagai ormas Islam yang moderat dan non partisan, tetapi sekaligus dituntut untuk hadir dan berkhidmat pada sumbangan politik kebangsaan. Posisi Muhammadiyah benar-benar dipertaruhkan oleh orang dalam Muhammadiyah sendiri, yang belakangan banyak terlibat aktif dalam partai politik menjadi caleg dan kepala daerah/wakil kepala daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar