Kamis, 16 April 2009

Kenapa Al-Fatihah Sebagai Surat Pertama Dalam Al-Kitab Al-Qur'an?

KENAPA AL-FATIHAH SEBAGAI SURAT PERTAMA
DALAM AL-KITAB AL-QUR'AN?

Oleh: Ust. Drs. P.M. Gunawan Nst.

www.masgunonline.blogspot.com: Kalau kita membuka Kitab Qur'an haruslah dari kanan ke kiri, maka pada permulaan tulisan ayat kita temukan surat pertama dalam Al-Qur'an adalah Al-Fatihah, hal ini disebabkan karena arti dari Al-Fatihah itu ialah muqaddimah. Muqaddimah dalam bahasa Indonesia artinya adalah pendahuluan atau pembukaan. Bagai kita akan memasuki suatu rumah, maka masuklah lewat pintu depan rumahnya dan Al-Fatihah itu merupakan pintu depan memasuki Al-Qur'an.

Karena Al-Qur'an itu merupakan firman Allah, maka setiap kali akan membacanya terlebih dulu kita mohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan, agar kita selamat dari gangguan syetan selama kita membaca firman Allah dengan ucapan "a'uzu billahi minas syaithonirrozhim", kemudian minta izinlah kepada Allah setiap kali akan membaca firman Allah agar Allah melimpahi kita dengan sifat RohmanNya dan mengayomi kita dengan sifat RohimNya dengan ucapan "Bismillahirrohmanirrohim", maka Allah menjadikannya sebagai ayat pertama di halaman pertama dalam kitab Qur'an sekaligu sebagai ayat pertama dalam surat Al-Fatihah.

Al-Hamdulillahirobbil 'alamin itu diucapkan sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah menitipkan kitabNya kepada kita sebagai pedoman dan kompas kita meniti kehidupan di jagat Allah ini, tanpanya akan susahlah kita bedakan kebaikan dan keburukan yang nyaris tampak sama tanpa perbedaan berakibat jadi kebingunan bagai nakhoda di tengah lautan luas seolah tiada bertepi akan terombang ambing tanpa kompas pelayaran. Sebagai Tuhan, tentulah Allah lebih tahu tentang alam yang sedang kita jalani ini, karena Allah yang menciptakan, maka agar kita tidak tersesat di alamNya ini oleh Allah kita diberi peta perjalanan yang harus kita jalani dan peta yang saya maksud itu adalah Al-Qur'an, untuk itulah kita bersyukur kepada Allah, maka wajarlah ayat ini Allah letakin di ayat ke dua di dalam surat Al-Fatihah. Jika kita sebut, maka insya Allah kita akan Allah beri berbagai hidayah untuk mempermudah kita mempelajari Al-Qur'an dengan penuh kerahimanNya, untuk itu kita perlu meneguhkan keyakinan kita kepada Allah bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka betapa sesuainya Allah meletakkan kalimat "Arrohmanirrohim" di ayat ke tiga setelah "Al-Hamdulillahirobbil 'alamin" dalam surat Al-Fatihah.

Kita tahu bahwa tidak ada lagi raja di atas raja selain Maha Raja, maka segenap hati dan fikiran kita mengakui bahwa Allah itu kita posisikan sebagai Maha Raja kita di jagatNya ini, namun pengakuan hati dan fikiran perlu diucapkan dengan kalimat yang amat rapi, indah dan mulia, maka ucapan pengakuan itu disebut Malikiyaumiddin maka dengan pengakuan itu pula Allah kita meyakini bahwa Allah akan membalas semua kejahatan makhluk lain yang telah, sedang dan akan ditujukan kepada kita. Maka betapa tepatnya Allah meletakkan "Malikiyaumiddin" di ayat ke empat pada surat Al-Fatihah.

Setelah kita akui bahwa Allah merupakan Zat Maha Raja kita, maka sadarlah kita bahwa tidak ada lagi tempat kita minta bantuan dan pertolongan yang dijamin pasti akan membantu dan menolong kita sepanjang masa selain dari Allah saja dan pertolongan lain selain pertolongan dari Allah belum tentu sebaik pertolongan Allah. Andai pertolongan selain pertolongan Allah itu ternyata ada yang baik, maka kebaikan mereka hanyalah perpanjangan pertolongan dari Allah juga, karena pada hakikatnya mereka lebih dulu ditolong Allah sebelum menolong kita dan hanya Allah yang menggerakkan hati mereka untuk berkenan berbuat baik kepada kita. Dengan kebaikan mereka pulalah menjadi jalan buat mereka terlindung dari azab dan murka Allah terhadap mereka. Allah tidak menolong hambaNya, sepanjang hambaNya itu tidak mau menolong sesamanya. Maka sungguh amat Maha Pintarnya Allah meletakkan "iyya kana' budu wa iyya kanasta'in" sebagai ayat ke lima setelah "Malikiyaumiddin" dalam surat Al-Fatihah.

Bantuan pertama dan selanjutnya yang amat paling kita butuhkan dalam hidup ini adalah petunjuk jalan yang lurus agar jalan kita tidak bengkak bengkok tanpa arah tujuan pasti yang berkibat kesetresan wal kesetrukan wal kesesatan. Ada pepatah berkata "malu bertanya, capek." Banyak orang sudah lama hidup, tapi salah jalan kehidupan, malah memilih jalan keruwetan dan pada akhirnya kebingungan, lama-lama jadi kesyetanan dan kesurupan, tonjok atas, injak bawah, sikut kanan kiri, terakhir menonjok diri sendiri, ini namanya senjata makan tuan. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi seperti itu, oleh Allah diberi solusi dengan kalimat ihdinashshirothol mustaqim, maka dengan itu tampaklah jalan lurus dan kita dapat bedakan mana jalan lurus dan mana kebengkokan, ini yang disebut terbuka pintu hijab dalam ilmu tasawuf. Maka sungguh Maha Kasih SayangNya Allah pada kita, sehingga Allah meletakkan kalimat "ihdinashshirothol mustaqim" pada ayat ke enam setelah iyya kana'budu wa iyya kanasta'in sebagai ayat pamungkas dari Allah agar kita tidak tersesat jalan di jagat Allah ini.

Agar jalan yang kita lalui bisa permanen pada kelurusan setelah menemukan jalan lurus dari Allah, maka perlulah kita melindungi diri kita kepada Allah dari petunjuk jalan kesesatan seperti kesesatan yang pernah terjadi di jagat Allah ini, itulah makna yang tersirat dalam kalimat "Shirothollazina an'amta 'alaihim ghoiril maghdubi 'alaihim waladhdhollin" yang Allah tempatkan pada ayat ke tujuah setelah "ihdinashshorothol mustaqim" dalam surat Al-Fatihah.

Maka wajarlah Al-Fatihah Allah tempatkan pada surat pertama dalam Al-Qur'an untuk kita amalkan, karena seluruh ajaran Allah dalam Al-Qaur'an tersimpul dan terangkum dalam surat Al-Fatihah ayat 1-7, maka para mufassir ('ulama tafsir) menyebutnya dengan istilau "'ummul kitab" yang maksudnya bahwa Al-Fatihah itu sebagai ibunya Al-Kitabul Qur'an. Itulah pula sebabnya Al-Fatihah selalu dijadikan bacaan ayat pertama setiap sholat sebelum membaca ayat lainnya. Maka dengan Al-Fatihah pula, seharusnya setiap individu ummat Islam selalu mendapat hidayatullah, jika di'amalkan tanpa menjadikannya sebagai zimat-zimatan yang tidak bermanfaat bagi kehidupan kita, yang ada jadi pelecehan. Na'uzubillah min zalik. www.masgunonline.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar